Tenaga Kerja dan Moderninasi


Di masa lalu jauh sebelum memasuki era industrialisasi, para pekerja menggunakan peralatan mereka sendiri untuk menghasilkan suatu produk. Seperti contohnya, mereka membuat kursi dengan hanya bermodal kayu, pahatan, gergaji, dan sebagainya. Namun, seiring dengan masuknya industrialisasi maka tenaga manusiapun tergantikan dengan mesin-mesin yang jauh bekerja lebih cepat dibandingkan dengan tenaga manusia sendiri. Para pekerja hanya ditugaskan pada beberapa langkah atau mungkin hanya satu langkah sebelum proses produksi. Hal ini mulai dirasa oleh para pekerja bahwa posisinya disini bukanlah sebagai manusia tetapi lebih ke objek para kapitalis semata.

Gambaran diatas itu terjadi sebelum manusia mengenal jauh akan teknologi. Berawal dari hadirnya mesin tik. Pada awal munculnya mesin tik, mesin tersebut banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan sebagai media untuk membantu para pekerjanya dalam hal menulis.


Sedikit maju beberapa tahun ke depan, pamornya pun agak menurun dan akhirnya perlahan demi perlahan tergantikan oleh komputer. Kali ini, manfaat yang diberikan komputer pada dunia kerja sangat begitu kompleks. Disamping dapat digunakan sebagai media untuk menulis, komputerpun dapat digunakan sebagai alat untuk mengolah dan menganalisis data perusahaan bahkan menyimpan data perusahaan. Sebagai contohnya, seorang akuntan yang bertugas untuk mengolah data perusahaan khususnya dalam bidang keuangan akan merasa sulit atau lebih tepatnya waktu mereka akan habis terbuang hanya untuk menulis dari lembar ke lembar atau dari jurnal ke jurnal lain dan membutuhkan lebih banyak konsentrasi untuk mengerjakan tugasnya hingga selesai. Berbeda halnya setelah muncul keberadaan komputer di lingkungan kerja, ini akan sangat membantu para akuntan -seperti yang dicontohkan- terutama dalam penggunaan waktu saat mengolah data. Hadirnya teknologi ini pula membuat pekerjaan terasa lebih efektif dan efisien.

Teknologi itu terus berkembang dan berinovasi. Setelah komputer berhasil merebut perhatian setiap orang. Di masa kini, muncul teknologi baru yaitu laptop (notebook/ komputer jinjing). Fungsinya memang tak jauh berbeda, yang membedakannya hanya dalam fisik saja karena dapat dibawa kemanapun. Munculnya notebook ini dirasa perlu oleh para pemilik perusahaan sebagai alat yang efektif yang dapat membantu para pekerja dalam melakukan pekerjaan. Ini terbukti dengan keberadaannya di banyak instansi-instansi pemerintah mulai dari 2 tahun yang lalu.

Menganggapi kondisi Indonesia sebagai negara berkembang yang mempunyai banyak penduduk serta angka pertumbuhan penduduk yang tinggi pula dibarengi dengan tingkat pendidikan yang rendah. Kondisi ini mungkin sulit untuk diadaptasi oleh masyarakat yang pada umumnya berpendidikan rendah karena kita sendiri mengetahui bahwa teknologi yang kita kenal ini berasal dari negeri maju dengan bahasa pengantar bahasa asing. Sehingga diperlukan orang yang berpengalaman atau orang yang berpendidikan tinggi yang mampu mengoperasikannya secara optimal.

Sehingga orang yang mayoritas berpendidikan rendah ini akan terasa terasingkan. Mungkin pada masa yang akan datang keadaan ini akan semakin memburuk jikalau laju pertumbuhan penduduk semakin meningkat tanpa dibarengi dengan pembenahan dalam pendidikan dan lapangan pekerjaan yang memadai. Karena saat ini, untuk ikut andil dalam pasar global, kita dituntut untuk serba bisa atau malah sebaliknya dunia sendiri menuntut kita untuk menjadi manusia yang berkualitas. Dan pada saat inipun para pemilik perusahaan sangat selektif dalam merekrut calon pekerja yang berkualitas dari yang berkualitas.

Dari pernyataan ini, jelaslah sudah bahwa pengangguran akan tetap ada. Maka fenomena buruh dengan gaji kecilpun akan semakin meluas. Itu disebabkan  karena kebutuhan yang harus mereka penuhi dan kurangnya lapangan pekerjaan yang membuat mereka harus rela di bayar dengan upah kecil yang mereka tukar dengan keringat yang mengucur dari kerja keras mereka.

Comments

Popular posts from this blog

Visa ke Jepang (Part 4)

Photo Blog Sempu Island

Photo Blog New Year 2017 in Tokyo