Definisi Konsep Peran dalam Sosiologi

HARAP DIBACA ! Tulisan ini merupakan salah satu tulisan saya yang sempat dipublish di blog Universitas Sebelas Maret. Kali ini, saya republish di website resmi saya, sehingga apabila ada teman-teman yang memerlukan informasi atau bahan bacaan (tak layak diberi tag sumber bacaan) mengenai sosiologi silakan Anda kunjungi website ini. Perihal copy-paste, saya tidak akan melarang siapa pun untuk melakukannya karena saya yakin Anda sudah dewasa dan sangat mengerti mengenai hal ini. Jika Anda memutuskan untuk mengcopy-paste tulisan ini, harap berhati-hati, terutama untuk mahasiswa Universitas Sebelas Maret. Karena saya berasumsi jika dosen pengampu mata kuliah ini, sangat mengenal sekali dengan tulisan ini.


Peran erat kaitannya dengan status sosial. Karena setiap status sosial dijabarkan ke dalam peran sosial. Keduanya tidak dapat dipisahkan, karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Tidak ada status tanpa peran dan tidak ada peran tanpa status. Peran itu sangat penting karena ia dapat mengatur perilaku individu.

Sebagaimana William Shakespeare yang dikutip oleh James M. Henslin: 
"Seluruh dunia merupakan suatu pentas
Dan semua laki-laki dan perempuan hanyalah pemain
Mereka keluar dan masuk
Dan pada gilirannya seseorang memainkan banyak peran"

Peran individu menyediakan mereka ”jalan masuk” dan ”jalan keluar” di pentas kehidupannya. Singkatnya, peran sangat efektif untuk mengekang individu, mengatakan pada mereka kapan mereka harus  ”masuk” dan kapan mereka harus ”keluar”, maupun apa yang harus dilakukan diantaranya.
Peran laksana sebuah pagar. Peran memungkinkan setiap individu bebas, tetapi bagi sebagian besar individu, kebebasan tersebut bersifat terbatas. Karena peran diatur oleh norma yang berlaku. Andaikanlah bahwa seorang perempuan atau seorang laki-laki memutuskan bahwa ia tidak akan mengenakan sepatu. Dalam sebagian besar situasi, mereka berpegang teguh pada keputusan mereka. Namun bila suatu peristiwa formal tiba, seperti berangkat ke sekolah, mereka akan cenderung menyerah pada norma yang membuat mereka merasa kewalahan.
Peran merupakan hal yang hakiki bagi kehidupan sosial. Dikala individu dilahirkan, peran ;
perilaku, kewajiban, dan hak-hak yang melekat pada status, telah ditentukan. Peran yang melekat pada setiap individu harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan masyarakat.
Posisi individu dalam masyarakat merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu dalam masyarakat. Peran lebih menunjukkan pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Dapat dikatakan bahwa individu dapat menduduki suatu status, tetapi memainkan suatu peran.  Karena peran merupakan aspek yang dinamis dari status, yaitu apabila individu melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan statusnya, maka dia telah menjalankan suatu peran.
Suatu peran paling tidak mencakup tiga hal, yaitu : 
1.       Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat individu dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing individu dalam kehidupan kemasyarakatan.
2.   Peran merupakan suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3.       Peran juga dapat dikatakan sebagai perlilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.
Arti penting sosiologis dari peran ialah bahwa peran memaparkan apa yang diharapkan dari orang. Sebagai contoh, seorang pembeli adalah status Anda, tetapi harapan Anda untuk menerima barang yang Anda inginkan dari penjual, maupun harapan penjual tersebut bahwa Anda akan membayar barang yang Anda beli, itu semua merupakan bagian dari peran Anda.
Ketika individu di seluruh masyarakat menjalankan peran mereka, peran tersebut saling bertaut untuk membentuk sesuatu yang dinamakan masyarakat. Masyarakat pada realitasnya adalah terstruktur. Namun terkadang perubahan struktur suatu golongan kemasyarakatan menyebabkan fasilitas-fasilitas bertambah atau berkurang. Misalnya, perubahan organisasi suatu perusahaan sehingga memerlukan lebih banyak karyawan atau malah sebaliknya.
Struktur-struktur sosial tersebut yang menentukan peranan-peranan dan pola-pola perilaku yang tetap, yang oleh masyarakat diharapkan dari seorang dokter, petani, ibu rumah tangga, orang beragama, warga negara dan sebagainya. Karena struktur-struktur sosial merumuskan bagi dia siapa dia, dan mengenakan kepadanya hal-hal yang diharapkan oleh mayarakat atau kelompok dari padanya. Ketunggalan individu melenyap di balik peranan-peranan yang telah dilembagakan oleh masyarakat. Pelembagaan itu diadakan demi suatu kesatupaduan (integrasi) dan orde masyarakat. Peranan-peranan resmi itu dipakai sebagai mekanisme yang mengintegrasikan orang ke dalam kesatuan sosial.
Dikatakan tadi bahwa istilah ”peran” adalah konsep relasional. Diandaikan adanya seorang Ego dan seorang Alter, yaitu dua atau lebih pemain atau pelaku, yang sedang terlibat dalam interaksi. Mereka entah menyesuaikan diri dengan suatu ”skrip” yang telah disampaikan, atau mereka menyimpang dan menyeleweng. Namun mereka diharapkan agar main dengan ”baik”, supaya kehidupan bersama menjadi tertib dan teratur. Tiap-tiap individu diandaikan tahu tentang apa yang diharapkan dari dia. Pengharapan-pengharapan masyarakat adalah sedemikian rupa, hingga mereka saling melengkapi sampai batas tertentu. Apa yang telah ditetapkan sebagai haknya Ego, diakui oleh Alter sebagai kewajibannya, dan apa yang telah ditetapkan sebagai haknya Alter, diakui oleh Ego sebagai kewajibannya. Misalnya, si pasien menuntut haknya atas pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter, sedangkan si dokter menganggap itu sebagai kewajibannya terhadap si pasien. Sebaliknya juga, dokter menuntut haknya atas honorarium yang oleh si pasien dianggap sebagai kewajibannya. Dengan demikian peranan-peranan sosial merupakan mekanisme utama dalam mengintegrasikan masyarakat.
Adakalanya individu merasa dirinya tidak sesuai untuk melaksanakan peran yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. Karena setiap peran bertujuan agar antara individu yang melaksanakan peran dengan orang-orang disekitarnya yang tersangkut, atau ada hubungannya dengan peranan tersebut, terdapat hubungan yang diatur oleh nilai-nilai sosial yang diterima dan ditaati kedua belah pihak. Nilai-nilai sosial tersebut, misalnya, nilai-nilai kekeluargaan antara ibu dengan anaknya, nilai-nilai keagamaan antara pemuka agama dengan umatnya, nilai-nilai pendidikan antara pengajar dengan muridnya, nilai ekonomis yang tercipta dalam hubungan seorang penjual dengan pembeli dan selanjutnya. Apabila tidak dapat dipenuhi oleh individu, terjadilah role-distance.
Setiap individu memiliki berbagai macam peran. Peran ini penting dalam masyarakat bagi hal-hal sebagai berikut:
1.       Peran-peran tertentu harus dilaksanakan apabila struktur masyarakat hendak dipertahankan kelangsungannya.
2.       Peran tersebut seyogyanya dilekatkan pada individu yang oleh masyarakat dianggap mampu melaksanaknnya.
3.       Dalam masyarakat kadangkala dijumpai individu yang tidak mampu melaksanakan perannya sebagaimana diharapkan oleh masyarakat. Karena mungkin pelaksanaannya memerlukan pengorbanan arti kepentingan-kepentingan pribadi yang terlalu banyak.
4.       Apabila semua orang mampu dan sanggup melaksanakan perannya, belum tentu masyarakat dapat memberikan peluang-peluang yang seimbang . Bahkan seringkali terlihat betapa masyarakat terpaksa membatasi peluang-peluang tersebut.
Dalam interaksi sosial kadangkala kurang disadari, bahwa yang paling penting adalah melaksanakan peran. Faktanya, terdapat kecenderungan untuk lebih mementingkan status daripada peran. Tidak jarang terjadi bahwa di dalam proses interaksi tersebut, status lebih dipentingkan sehingga terjadi hubungan-hubungan timpang yang tidak seharusnya terjadi. Hubungan-hubungan yang timpang tersebut lebih cenderung mementingkan bahwa suatu pihak hanya mempunyai hak saja sedangkan pihak lain hanyalah mempunyai kewajiban belaka. Sebagai contoh, apabila seorang pegawai negeri, misalnya, lebih mementingkan status daripada perannya, maka dia akan menuntut agar warga masyarakat lebih banyak melayaninya (padahal, peran seorang pegawai negeri adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat).
Daftar Pustaka

Henslin, James M. 2006. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi (Cetakan ke enam). Jakarta : Erlangga.
Santosa, Bambang., Dalimah, Edy Tri Sulistyo, Jumiyanto Widodo, Sutapa Mulyawidada, dan Tentrem Widodo. 2008. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Surakarta : UPT MKU UNS dan UNS Press.
Soekanto, Suryono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar (Cetakan ke empat). Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Veeger, K.J. 1991. Realitas Sosial (Cetakan ke empat). Jakarta : PT Gramedia

Comments

Popular posts from this blog

Gagal Ujian S2 di Jepang (Part 3)

Visa ke Jepang (Part 4)

Job Vacancy Jewellery Representative PT Central Mega Kencana 2016