Definisi Konsep Institusi dalam Sosiologi


HARAP DIBACA ! Tulisan ini merupakan salah satu tulisan saya yang sempat dipublish di blog Universitas Sebelas Maret. Kali ini, saya republish di website resmi saya, sehingga apabila ada teman-teman yang memerlukan informasi atau bahan bacaan (tak layak diberi tag sumber bacaan) mengenai sosiologi silakan Anda kunjungi website ini. Perihal copy-paste, saya tidak akan melarang siapa pun untuk melakukannya karena saya yakin Anda sudah dewasa dan sangat mengerti mengenai hal ini. Jika Anda memutuskan untuk mengcopy-paste tulisan ini, harap berhati-hati, terutama untuk mahasiswa Universitas Sebelas Maret. Karena saya berasumsi jika dosen pengampu mata kuliah ini, sangat mengenal sekali dengan tulisan ini.



Kebiasaan merupakan istilah yang menunjuk pada setiap perangkat tindakan-tindakan yang baku dan sedikit-banyak khusus, yang dilaksanakan secara rutin dan lazim dijumpai pada orang-orang yang kebudayaannya sama. Disamping itu, dikellilingi pula oleh perasaan-perasaan serta nilai-nilai yang sedemikian rupa sehingga kegagalan mengikuti pola yang diharapakan mengakibatkan sanksi-sanksi kuat dari kelompok seseorang.Hal tersebut dapat diterapkan pada suatu tindakan sosial yang sederhana seperti mencium tangan orangtua sebelum pergi ke sekolah, menggunakan sepatu ketika akan pergi ke sekolah, dan lain-lain.

Kemudian, himpunan daripada tindakan atau cara untuk melakukan sesuatu menurut kebiasaan dikenal dengan istilah peranan. Peranan terikat erat dengan seperangkat harapan perihal tindakan apa yang harus dilakukan bersama-sama dengan tindakan apa, dalam urutan yang bagiamana, dan dalam keadaan apa. Seorang anak yang diminta mengepel lantai rumah telah diberi peranan sementara. Ia akan diharapkan untuk mengikuti suatu urutan-urutan tindakan tertentu yang telah ditetapkan secara umum. Setiap anak yang lain di dalam keluarga dapat diminta untuk melakukan hal yang sama, dan bila demikian halnya maka ia akan diminta untuk bekerja dengan cara yang sama.

Seperti halnya tindakan-tindakan sosial yang dapat dihimpun menjadi kebiasaan-kebiasaan, dan perangkat tindakan-tindakan semacam itu yang dapat dihimpun menjadi peranan-peranan, maka suatu struktur peranan yang lebih kompleks yang disusun di sekitar suatu pusat atau kebutuhan sosial yang dapat dihimpun menjadi suatu institusi.

Institusi (lembaga) jika dilihat dari sudut pandang sosiologis tidak bisa diartikan sebagai sebuah bangunan atau sebuah organisasi dan bahkan sekumpulan orang pada umumnya. Tetapi institusi dapat diartikan sebagai suatu sistem norma untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dipandang penting, atau secara formal, sekumpulan kebiasaan dan tata kelakuan yang berkisar pada suatu kegiatan pokok manusia.

Kegiatan pokok itu biasanya terletak dalam salah satu bidang kehidupan masyarakat, misalnya dalam bidang ekonomi, pendidikan, agama, politik, keturunan dan sebagainya.Sedangkan menurut E.B. Reuter dalam kamus sosiloginya mengartikan bahwa institusi ialah ”sistem terorganisasi dari praktek-praktek dan peranan-peranan sosial yang muncul disekitar suatu nilai atau seperangkat nilai, dan perlengkapan yang muncul untuk mengatur praktek-praktek tersebut serta menjalankan aturan-aturan”. Sedangkan Sumner melihat institusi dari segi kebudayaan, yaitu sebagai perbuatan, cita-cita, sikap dan perlengkapan kebudayaan, bersifat kekal serta bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar ada keteraaturan dan integrasi dalam masyarakat.

Contoh dari institusi adalah keluarga, manusia dilahirkan dari dalam keluarga. Tanpa tahu menahu, dan dengan pertolongan orang lain, ia melakukan serangkaian tindakan yang sudah ditentukan, misalnya pusarnya harus dipotong dengan pertolongan orang lain. Kalau ia dilahirkan di rumah sakit. Mereka harus menolongnya menurut cara tertentu, menurut resep kesehatan. Di rumah, kalau si anak sudah berumur satu tahun, harus menjalani upacara adat. Tanpa tahu maenahu apa maksudnya itu, ia harus menaati upacara ”turun tanah”. Kalau si anak masuk sekolah disitupun ia kena ”perangkap” lembaga pendidikan. Dalam masa dewasa, kalau dia mau kawin sah bermacam-macam institusi ikut mencampuri urusannya. Dari mulai catatan sipil, institusi keagamaan. Lembaga adat dalam masyarakat tertentu menuntut dia menaati peraturan adat tertentu. Pada waktu ia mati, walaupun ia telah menjadi mayat, ia terpaksa berurusan dengan institusi keagamaan dan lembaga-lembaga adat.6 Dari contoh tersebut dapat dikatakan bahwa sumbangan setiap institusi bagi kehidupan sosial tidak terbatas pada pokok perhatian itu saja. Dengan berbagai cara, setiap kompleks atau perangkat institusi utama ikut serta di dalam kehidupan komunitas dan memberikan sumbangan kepadanya.

Oleh karena itu, institusi sangatlah berguna bagi kehidupan manusia. Kalau tidak ada suatu institusipun yang mau mengusik kita, kita menjadi orang yang tidak dapat mencapai tujuan hidup karena tidak diarahkan kepada yang baik. Karena salah satu dari fungsi institusi adalah memberikan pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap di dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan.

Daftar Pustaka

Basrowi. 2005. Pengantar Sosiologi. Bogor : Ghalia Indonesia.
Soekanto, Surjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar (Cetakan ke empat). Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Sunarto, Kamanto. 1985. Pengantar Sosiologi Sebuah Bunga Rampai. Midas Surya Grafindo.

Comments

Popular posts from this blog

Gagal Ujian S2 di Jepang (Part 3)

Visa ke Jepang (Part 4)

Job Vacancy Jewellery Representative PT Central Mega Kencana 2016